7 Istilah Kelelahan Mental yang Perlu Dipahami agar Tidak Gampang Stres

3 weeks ago 42

Fimela.com, Jakarta Saat pekerjaan menumpuk, tenggat waktu datang bersamaan, dan tuntutan terus bertambah, tubuh biasanya masih bisa bertahan. Tapi bagaimana dengan mental? Kondisi mental bisa saja melemah tanpa disadari. Bukan karena terlalu rapuh, tapi karena terus dipaksa kuat dalam keseharian atau rutinitas bekerja.

Sahabat Fimela, dunia kerja bukan hanya tentang keterampilan teknis dan pencapaian target, tapi juga tentang kemampuan menjaga keseimbangan batin. Di balik rapat-rapat yang padat dan ekspresi yang tetap terlihat baik-baik saja, banyak dari kita sedang memikul lelah mental yang kompleks dan berlapis. Namun, sering kali kelelahan ini tidak memiliki nama yang jelas, membuat kita bingung: apa yang sebenarnya sedang kita rasakan?

Berikut ini tujuh istilah yang dapat membantumu memahami spektrum kelelahan mental yang kerap terjadi di dunia kerja—bukan sekadar untuk dikenali, tapi agar bisa dikelola dengan lebih bijak.

1. Emotional Exhaustion: Saat Energi Emosional Makin Menipis

Emotional exhaustion terjadi ketika kita menguras energi emosional sampai benar-benar habis. Sahabat Fimela mungkin tetap bekerja dan berinteraksi, tetapi rasanya seperti menjalani rutinitas secara otomatis tanpa gairah atau perasaan yang hidup.

Kondisi ini muncul karena kita terus-menerus menanggung tekanan emosional, seperti menjadi pendengar utama dalam situasi sulit tanpa kesempatan mengisi ulang perasaan sendiri. Contohnya, manajer yang harus menenangkan tim saat krisis tapi tidak punya ruang untuk mengelola stresnya sendiri.

Akibatnya, kita merasa kosong secara batin, padahal secara fisik tampak baik-baik saja. Emotional exhaustion memberi tahu kita bahwa bukan hanya tubuh yang perlu istirahat, tapi juga jiwa dan hati.

2. Compassion Fatigue: Saat Kepedulian Mulai Menjadi Beban

Compassion fatigue terjadi ketika kita terus-menerus menunjukkan empati sampai akhirnya energi kepedulian itu terkuras. Sahabat Fimela yang bekerja di bidang layanan sosial atau kesehatan sering mengalami ini karena rutin menghadapi kesedihan dan penderitaan orang lain.

Misalnya, seorang konselor yang setiap hari mendengarkan cerita berat kliennya bisa merasa empatinya menipis sehingga responnya jadi datar. Ini bukan berarti ia kehilangan kepedulian, tapi kepeduliannya sudah terlalu lelah.

Kondisi ini sering disalahpahami sebagai ketidakpedulian, padahal sebenarnya ini sinyal bahwa kita perlu memberi ruang untuk memulihkan perasaan sendiri.

3. Decision Fatigue: Otak Lelah karena Terlalu Banyak Memilih

Decision fatigue terjadi ketika kita mengambil terlalu banyak keputusan dalam satu waktu, sehingga kemampuan memilih secara tepat menurun. Sahabat Fimela yang harus membuat banyak pilihan penting setiap hari, dari pekerjaan besar sampai hal sepele, bisa merasakan ini.

Contohnya, CEO yang harus memutuskan strategi perusahaan, lalu harus menentukan hal-hal kecil seperti menu makan malam, merasa sulit menentukan pilihan di penghujung hari. Keputusan yang diambil pun cenderung kurang optimal.

Keadaan ini menunjukkan bahwa otak butuh jeda dari beban memilih agar tetap bisa bekerja dengan efektif.

4. Cognitive Overload: Otak Terlalu Penuh Informasi untuk Fokus

Cognitive overload terjadi saat kita menerima terlalu banyak informasi sekaligus sehingga otak kewalahan memprosesnya. Sahabat Fimela yang multitasking tinggi, seperti manajer proyek yang mengatur berbagai tugas sekaligus, sering mengalami ini.

Misalnya, saat harus membaca laporan, mengecek email, dan menghadiri rapat dalam waktu bersamaan, kemampuan untuk berkonsentrasi dan mengingat menurun drastis.

Kondisi ini membuat kita tampak pelupa dan mudah frustrasi, bukan karena malas, tapi karena otak sudah penuh dan butuh istirahat.

5. Stress-Induced Fatigue: Tubuh Lelah karena Stres Berkepanjangan

Stress-induced fatigue muncul ketika tubuh merespons stres jangka panjang dengan rasa lelah yang luar biasa. Sahabat Fimela yang terus-menerus mengalami tekanan di tempat kerja, bahkan setelah tidur cukup, masih merasa lemas dan mengantuk sepanjang hari.

Stres mengganggu keseimbangan hormon dan sistem saraf, sehingga tubuh berusaha ‘shutdown’ untuk melindungi diri dari kelelahan berlebihan.

Kelelahan jenis ini adalah sinyal penting bahwa kita harus mengurangi beban dan memberi waktu pemulihan pada diri sendiri.

6. Mental Drain: Energi Pikiran yang Terkuras tanpa Kita Sadari

Mental drain terjadi saat energi mental kita habis karena tekanan dan rutinitas yang monoton. Sahabat Fimela mungkin merasa sulit berpikir jernih, kehilangan semangat, dan apatis terhadap pekerjaan yang dulu membangkitkan gairah.

Misalnya, pekerja yang mengerjakan tugas berulang tanpa adanya tantangan atau perkembangan akan mudah merasa mentalnya terkuras.

Kondisi ini menyebabkan kita tampak tidak bersemangat dan mudah marah, padahal sebenarnya otak dan hati sedang lelah dan butuh pengisian ulang.

7. Burnout: Ketika Kelelahan Mental, Emosional, dan Fisik Menumpuk

Burnout terjadi ketika kita mengalami kelelahan parah yang melibatkan aspek mental, emosional, dan fisik secara bersamaan. Sahabat Fimela yang merasa kehilangan motivasi, kreativitas, dan makna dalam pekerjaan mungkin sudah sampai pada tahap ini.

Contohnya, seorang desainer yang dulu penuh ide kreatif tiba-tiba merasa semua tugasnya membosankan dan menekan, hingga mempertanyakan pilihan kariernya.

Burnout bukan hanya lelah biasa, tapi peringatan bahwa kita harus mengubah cara kerja dan gaya hidup agar tidak terus merusak kesehatan mental.

Sahabat Fimela, mengenali istilah-istilah ini bukan hanya membantu kita memberi nama pada perasaan yang sulit dijelaskan, tapi juga membuka jalan untuk menemukan solusi. Saat kita paham bentuk kelelahan yang kita hadapi, kita bisa lebih bijak mengatur langkah dan menjaga diri.

Bekerja dengan cerdas bukan berarti menekan diri sampai habis. Melainkan, menjaga keseimbangan supaya mental tetap kuat dan sehat, sehingga kita bisa terus berkembang tanpa kehilangan diri.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Endah Wijayanti
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |