Fimela.com, Jakarta Tahukah kamu, bahwa trombositopenia atau kondisi rendahnya jumlah trombosit dalam darah, bisa berubah menjadi serius dan mematikan jika tidak segera ditangani. Hal ini disebabkan oleh kurangnya trmbosit yang berperan penting dalam proses pembekuaan darah, sehingga membuat tubuh lebih rentan mengalami pendarahan yang sulit dikendalikan dan dihentikan secara cepat.
Orang dengan trombositopenia parah mungkin memiliki peningkatan risiko pendarahan internal yang parah, seperti pendarahan gastrointestinal atau pendarahan di otak. Selain itu, dapat juga terjadi serangan jantung akibat dari kurangnya jumlah aliran darah ke jantung.
Kondisi seperti ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, gangguan autoimun, efek samping obat-obatan yang dikonsumsi, atau penyakit tertentu yang memengaruhi produksi trombosit disumsum tulang. Oleh karena itu, kita perlu untuk mengetahui dan memahami gejala, penyebab, dan cara perawatannya untuk mencegah risiko yang lebih serius ditimbulkan oleh penyakit ini.
Dengan demikian, artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang gejala trombositopenia, penyebab yang mendasari penyakit ini, serta bagaimana cara yang efektif untuk mengobati yang dilansir langsung dari my.clevelandclinic.org.
Dengan memahami informasi yang ada dalam artikel ini, diharapkan kita semua dapat lebih waspada dan segera mengambil langkah yang cepat dan tepat jika mengalami atau mendapati orang terdekat menunjukkan tanda-tanda dengan kondisi demikian.
Gejala-Gejala Trombositopenia
Beberapa orang dengan kasus trombositopenia ringan tidak memiliki gejala sama sekali, jadi sangat sulit untuk terdeteksi lebih dini. Namun, salah satu gejala pertama yang dapat dikenali sebagai kondisi awal penyakit ini menyerang tubuh adalah mimisan yang tidak akan berhenti mengeluarkan darah, walaupun sudah dilakukan penekanan atau tindakan pertolongan pertama. Lebih lanjut lagi, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai gejala orang dengan tromboitopenia yang sudah semakin parah, yaitu sebagai berikut.
1. Gusi Berdarah
Ketika sikat gigi, melihat ada noda darah pada sikat gigi yang digunakan dan gusi mulai terasa bengkak setelahnya, mungkin kamu berpikir itu hal yang normal-normal saja, akibat dari menggosoknya terlalu kencang. Namun, perlu disadari bahwa hal ini bisa menjadi indikasi adanya penyakit trombositopenia yang sedang menyerang tubuh.
2. Darah di Kotoran
Trombosit yang rendah dapat menyebabkan pendarahan terjadi di saluran pencernaan, yang kemudian ditandai dengan tinja berwarna gelap bahkan bercampur dengan darah. Kondisi ini bisa menjadi tanda pendarahan internal yang serius dan memerlukan penanganan medis segera agar tidak berdampak lebih buruk lagi ke depannya.
3. Darah dalam Urin (Kencing)
Penderita penyakit trombositopenia mungkin akan mengalami hematuria, yaitu kondisi di mana urin bercampur dengan darah. Dalam hal ini, warna urin dapat berubah menjadi merah muda, merah, atau kecoklatan, yang menandakan adanya perdarahan dalam saluran kemih atau ginjal.
4. Darah dalam Muntah
Jika ada pendarahan di saluran pencernaan bagian atas, seperti di area lambung atau kerongkongan, penderita bisa mengalami muntah darah yang tak dapat disangka-sangka. Warna darah yang keluar dengan muntahan itu bisa berwarna merah segar atau bahkan kehitaman, tergantung pada sumber dan lamanya darah berada dalam saluran pencernaan.
5. Muncul Bintik Merah atau Ungu di Kulit
Munculnya bintik-bintik kecil berwarna merah atau ungu yang disebut petechiae di kulit, dapat terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah kecil. Kondisi ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali, tetapi merupakan tanda jelas bahwa jumlah trombosit dalam darah sangat rendah dan pembekuan darah tidak berjalan dengan normal seperti semestinya.
Penyebab Penyakit Trombositopenia
1. Produksi Trombosit yang Tidak Mencukupi
Dalam hal ini, sumsum tulang gagal dalam menghasilkan trombosit dalam jumlah yang cukup untuk tubuh, yang disebabkan oleh kondisi serius seperti leukimia, limfoma, anemia aplastik, defisiensi vitamin B12 atau folat, serta efek samping kemoterapi atau radioterapi yang dijalankan.
2. Peningkatan Penghancuran atau Penggunaan Trombosit
Trombosit yang diproduksi dalam jumlah yang normal, tetapi cepat sekali hancur atau digunakan dalam jumlah berlebihan oleh tubuh bisa menjadi penyebab penyakit trombositopenia. Hal ini bisa terjadi akibat penyakit autoimun seperti purpura trombositopenia idiopatik (ITP), infeksi virus (dengue, hepatitis, HIV), sepsis, atau efek samping obat tertentu.
3. Penahanan Trombosit oleh Limpa
Limpa yang membesar (splenomegali) dapat menjebak terlalu banyak trombosit dan mengurangi jumlah yang beredar dalam darah kita. Kondisi ini bisa terjadi akibat penyakit hati yang sudah kronis, sirosis, atau gangguan metabolisme tertentu dalam tubuh.
Cara Perawatan Penyakit Trombositopenia
Untuk sebagian orang, mungkin ketika memiliki jumlah trombosit rendah dan tidak menyebabkan masalah apapun yang signifikan dan berbahaya tidak memerlukan pengobatan intensif. Namun, jika kadar trombosit terlalu rendah atau menimbulkan gejala-gejala yang mengganggu seperti yang sudah disebutkan di atas, perawatan yang tepat perlu dilakukan secepatnya untuk meningkatkan jumlah trombosit di dalam tubuh. Berikut ini, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan oleh penderita penyakit trombositopenia.
1. Steroid
Obat -obatan ini digunakan untuk menekan istem kekebalan tubuh dalam kasus orang dengan penyakit trombositopenia yang disebabkan oleh gangguan autoimun, seperti purpura trombositopenia idiopatik (ITP). Steroid ini dapat membantu meningkatkan produksi trombosit dan mengurangi penghancuran trombosit oleh sistem imun.
2. Transfusi Darah
Cara ini digunakan sebagai langkah sementara untuk meningkatkan kadar trombosit pada pasien dengan kadar yang sangat rendah. Transfusi ini biasanya diberikan jika pasien dalam kondisi gawat darurat atau jika pasien mengalami kondisi pendarahan yang hebat dan membutuhkan darah.
3. Splenektomi (Pengangkatan Limpa)
Pembedahan dilakukan jika limpa menjadi penyebab utama penurunan trombosit, seperti dalam beberapa kasus splenomegli yang menjebab terlalu banyak trombosit. Namun, pasien yang menjalani prosedu ini memiliki peningkatan risiko terkena infeksi, sehingga perlu diadakan vaksinasi untuk mencegah infeksi yang lebih serius lagi setelah melakukan tindakan ini.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.